source image : kajanglako.com |
Secara sempitnya pendidikan karakter termasuk salah satu dari tiga
ranah penting yang terlibat sebagai parameter dalam menilai berhasil
atau tidaknya _output_ sebuah pembelajaran.
Sebagai ranah afektif
atau penilaian sikap, pendidikan karakter juga merupakan hal yg paling
fundamental dan tidak bisa dipisahkn dengan aspek lainnya karena
ketiganya saling berkaitan. hematnya Tidaklah seorang siswa dapat
dikatakan memenuhi kkm (kriteria Ketuntasan Minimal) jikalau hanya
kognitifnya (pengetahuan) saja yg dominan sementara afektif (sikap) atau
psikomotorik (keterampilan) dirasa masih kurang. Sekalipun siswa pandai
secara teoritis sementara prilakunya kepada guru ataupun sesama
temannya kurang sopan maka ini belumlah dikatakan baik, Begitupula
sebaliknya. Banyak kasus yang sering kita jumpai saat ini, maraknya
legalisasi penyalahgunaan HAM yang menjadi konsumtif banyak kalangan untuk
membenarkan sikap arogan mereka yang dianggap benar. Padahal justru
bertentangan dengan nilai-nilai moral bermasyarakat. beberapa bulan lalu
ada seorang siswa yang dicubit oleh gurunya karena sebab ulahnya sendiri
justru malah menjadi bumerang bagi teguran guru tersebut. adalagi
baru-baru ini seorang guru wanita yang sempat diberitakan mengalami
cedera hidungnya patah akibat dijotos oleh muridnya sendiri motif
awalnya siswa hanya ditegur oleh gurunya karena sebab meng-alih fungsikn
meja sebagai tempat duduk, si siswa tidak terima dengan sikap guru yang
mungkin dianggapnya mengusik suasana. Akhirnya siswa melayanglah
kepalan tangan kewajah guru tersebut,herannya lagi yang dituding
bersalah kok malah gurunya. orang tua siswa tidak terima hingga akhirnya
kasus tersebut berakhir di meja hijau. Dan masih banyak ragam kasus
lain yang belum terkuak dan diliput di media massa. itulah sekilas potret
buram pendidikan kita hari ini, miris bukan?. masih ada banyak lagi kasus-kasus yang lain yang tidak pantas ditiru. bergurau atau bercanda dengan guru/orang yang lebih tua darinya, dengan membully seperti sedang bercanda dengan teman-temanya.
Terlepas dari sedang bergurau atau tidaknya seseorang anak, memperlakukan orang yang lebih tua darinya apalagi itu gurunya atau bahkan orang tuanya sendiri, dengan perlakuan yang nggak pantas dilakukan, seperti mngolok-olok bahkan sampai membully, sama halnya seperti dia mempermainkan teman-temannya atau orag yang lebih lemah darinya, tetap saja itu tidak dibenarkan..
Jangankan seperti itu, mnyela orang tua yang sedang berbicara saja rasanya kurang sopan, lantas sampai mempermainkan, apalagi seolah memukul-mukul/menendang itu jelas bukan lagi kurang sopan namanya tapi maaf kurangajar, seharusnya usia sepertinya sudah mengerti cara berakhlak yang baik. Atau kalau belum mengerti layak perbuatan seperti itu diberi pelajaran supaya nggak terulang lagi hal serupa baik oleh nya atau orang lainnya, yang ujung-ujungnya hanya minta maaf saja maka urusan selesai.
Aduh bro, miris melihatnya, kamu tidak sedang memukul satu orang saja saat ini, tapi pasti banyak orang yang merasa terpukul dengan perbuatanmu itu, segeralah meminta maaf dan bertaubatlah. Semoga Allah mengampuni mu. Cukup lah ini sebagai pelajaran yang dapat kita ambil ibrahnya. Seperti yang disabdakan Rasulullah tentang akhlak:
Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua.” (HR.AT-Tirmidzi)
Kalau kita kita perhatikan lagi Bahkan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) sendiri juga menyatakan sepanjang tahun 2015, tingginya angka kekerasan, dimana anak sebagai pelakunya atau bullying mencapai 79 kasus dan 103 kasus dengan anak sebagai pelaku tawuran. tidak sampai disitu, beberapa bulan lalu kami sempat merasakan hiruk pikuknya kenakalan remaja di benua etam ini, masih banyak muda-mudi yang lepas dari kontrol sosial, pergaulan bebas, serta tawuranpun menjadi problem akut yang masih mewabahi negeri hingga hari ini. lantas apa yang salah dengan pendidikan kita?, apakah kurikulumnya ataukah aspek lainnya?
Terlepas dari sedang bergurau atau tidaknya seseorang anak, memperlakukan orang yang lebih tua darinya apalagi itu gurunya atau bahkan orang tuanya sendiri, dengan perlakuan yang nggak pantas dilakukan, seperti mngolok-olok bahkan sampai membully, sama halnya seperti dia mempermainkan teman-temannya atau orag yang lebih lemah darinya, tetap saja itu tidak dibenarkan..
Jangankan seperti itu, mnyela orang tua yang sedang berbicara saja rasanya kurang sopan, lantas sampai mempermainkan, apalagi seolah memukul-mukul/menendang itu jelas bukan lagi kurang sopan namanya tapi maaf kurangajar, seharusnya usia sepertinya sudah mengerti cara berakhlak yang baik. Atau kalau belum mengerti layak perbuatan seperti itu diberi pelajaran supaya nggak terulang lagi hal serupa baik oleh nya atau orang lainnya, yang ujung-ujungnya hanya minta maaf saja maka urusan selesai.
Aduh bro, miris melihatnya, kamu tidak sedang memukul satu orang saja saat ini, tapi pasti banyak orang yang merasa terpukul dengan perbuatanmu itu, segeralah meminta maaf dan bertaubatlah. Semoga Allah mengampuni mu. Cukup lah ini sebagai pelajaran yang dapat kita ambil ibrahnya. Seperti yang disabdakan Rasulullah tentang akhlak:
Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua.” (HR.AT-Tirmidzi)
Kalau kita kita perhatikan lagi Bahkan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) sendiri juga menyatakan sepanjang tahun 2015, tingginya angka kekerasan, dimana anak sebagai pelakunya atau bullying mencapai 79 kasus dan 103 kasus dengan anak sebagai pelaku tawuran. tidak sampai disitu, beberapa bulan lalu kami sempat merasakan hiruk pikuknya kenakalan remaja di benua etam ini, masih banyak muda-mudi yang lepas dari kontrol sosial, pergaulan bebas, serta tawuranpun menjadi problem akut yang masih mewabahi negeri hingga hari ini. lantas apa yang salah dengan pendidikan kita?, apakah kurikulumnya ataukah aspek lainnya?
Baik yang bercover Kurikulum
KTSP maupun kurikulum 2013 haruslah sejalan dengan butir-butir program
kerja yang tepat sasaran, sebab pendidikan karakter itu tidak hanya
ditinjau dari kurikulumnya saja melainkan juga dari realisasinya
dilapangan.
Kurikulum 2013, memiliki rule-rule tertentu dalam
mengimplementasikan atau menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter,
contohnya saja Kurikulum 2013 kebanyakan guru memang merasa sedikit
keblinger dengan sistemnya namun tidak dilupa ternyata seperangkat
aturan ini dirasa sangat membantu dalam memantau aktivitas keseharian
siswa di sekolah. Karena sudah ada panduan penilaian yang tertuang
secara terpisah dalam rpp guru, baik prestasi belajar siswa secara
knowledge, prilaku dan keterampilan itu sendiri.
Khusus penilaian
sikap, orangtua dan guru haruslah membangun chemistry yang baik,
bekerjasama lebih ekstra memantau gerak-gerik anak didik dalam
kesehariannya tegur apabila mereka berbuat salah, jika berlebihan
berilah hukuman atau sanksi yg sewajarnya sehingga membuat mereka jera,
namun jika siswa(i)nya berprestasi jangan lupa pula memberinya reward.
Selain itu berikan teladan-teladan yang tepat terhadap siswa karena
mereka juga plagiat yg handal, jika dirumah orang tua yang memegang
kendali penuh dlm menggerakkan roda pembentukan karakter anak, dan jika
berangkat kesekolah guru sebagai orang tua kedualah yg menuntunnya
berprilaku baik bertutur kata yang baik-baik dan selalu bentengi pula
diri anak dengan nilai-nilai spiritual keagamaan iman dan takwa baik
disekolah maupun di rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar